Sabtu, 07 November 2009

MANUFACTURED CULTURE AND PHILOSOPHY



Salah satu usaha kita untuk menambah pundi-pundi tabungan agar kita dapat menjalankan segala sesuatunya (sedikitnya) lebih lancar.

HALLOWEEN PARTY (CIKALONG/PANGALENGAN 31 OKTOBER 2009)



Beberapa benturan kepala yang secara sengaja saya lakukan untuk mendapatkan setetes darah, menambah daya pening hangover akibat dari banyaknya gelas yang saya teguk, juga yang saya lakukan pada malam sebelumnya. Sore itu di sepanjang perjalanan menuju pangalengan, saya habiskan dengan melamun, dengan visual saya yang masih melayang-layang, menerawang jauh entah ke tempat mana, dan berusaha menghadirkan kembali memori apa yang sebenarnya terjadi tadi malam ketika saya mabuk. Kadang saya menyadari kehadiran salah satu sahabat saya di sebelah tempat tempat duduk dan mengajaknya bicara, namun pembicaraan itu terasa mengambang begitu saja tanpa ada maksud yang terlempar. Untungnya sahabat saya itu mengetahui keadaan kepala saya yang sedang dalam keadaan jauh diluar kebiasaan. Seraya meraba-raba jalanan raya banjaran karena kekurang tahuan kita tentang jalur yang akan dilalui, kita banyak menghabiskan waktu dengan berhenti untuk bertanya kepada beberapa penduduk setempat. Setiap orang yang kami lempar tanya dengan ringannya Menjawab dan melemparkan senyum, sepertinya hal itu bukanlah kebiasaan yang bisa terkomodifikasikan. Tidak seperti di kota besar dimana jawaban yang sering saya peroleh kadang menyesatkan jalan, apabila kita tidak memberikan imbalan.

Akhirnya kita berdua sampai di tempat acara dengan panduan dari ujung telepon selular salah satu sahabat yang sudah terlebih dahulu berada disana. Beberapa sahabat terlihat sudah dalam kondisi mabuk, lengkap dengan langkah sempoyongannya. Setelah menurunkan beberapa equipment yang kami bawa dan menyusunnya sebagai pelengkap sound system, saya melangkah ke beberapa kamar dimana beberapa sahabat sedang memakaikan make up seram di wajahnya. Ada yang menyerupai zombie, karakter joker di dalam cerita batman, pocong, suster ngesot, jigsaw (salah satu karakter antagonis di film saw), make up black metal ala immortal juga gorgoroth, mummy, juga banyaknya sahabat yang mengecat wajahnya dengan gambar tengkorak. Beberapa topeng vendetta yang saya buat di beberapa hari sebelumnya pun banyak dipakai oleh para sahabat yang kebetulan tidak memiliki kostum penyemarak pesta halloween ini. Meja panjang seperti altar pemujaan sekte satanis terpapar pajang didepan pintu masuk, namun apa yang ada diatas meja itu bukanlah sesajen persembahan bagi para hantu-hantu kelaparan, tapi diatas meja itu terdapat nasi liwet komplit dengan ikan asin dan sayur-mayurnya bagi siapa saja yang merasa lapar, baik itu hantu ataupun bukan, termasuk perut saya yang belum terisi semenjak bangun di dalam mobil salah satu sahabat saya sedari pagi tadi :P

Tak lama setelah pengecekan ulang equipment tata suara hasil swadaya dari beberapa sahabat seluruhnya berfungsi dengan baik, band pertama pun mengambil tempat, lucunya MC yang terlebih dahulu memanggil, terbaring tak beradaya dengan kadar alkohol melebihi kemampuan fisiknya, sebelum band pertama itu sempat memainkan keseluruhan list lagu :D JARI TENGAH mengejutkan siapapun di tempat itu yang belum sempat menarik nafas terlebih dahulu dengan bebunyian grinding crust punk mereka. Semarak lantai dansa dimeriahkan oleh kehadiran hantu-hantu buas yang siap melenyapkan dahaganya akan bebunyian dan semangat keliaran. MAWAR BERDURI lalu datang untuk memfasilitasi para roh gentayangan dengan bebunyian d-beat crust punk dari album barunya yang baru saja beredar di minggu-minggu ini. Temaram sinar lampu lantai dansa membuat para roh bergerak lebih beringas tak beraturan dan DISCONTRACK seraya merepel mantra dari bebunyian hardcore raw punk yang mereka keluarkan semakin menambah beberapa roh yang kadang datang tak dijemput, atupun bahkan pulang kadang tak diantar, tapi seringnya sih pulang tanpa sadar :D GLADIATOR lalu menyemarakkan pesta tahunan para arwah gentayangan tersebut dengan hardcore punk yang selama ini secara konstan mereka mainkan. Tak lama berselang, pesta para hantu itu pun kedatangan tamu dari hantu-hantu buas haus darah dan juga haus arak, ERROR BRAIN dengan bebunyian total grinding punk-nya menambah suasana halloween malam itu semakin kental terasa atmosfirnya. Setelah saya dan beberapa arwah lainnya terlibat dalam lingkaran setan dan ritmis ketukan grindpunk, saya pun beranjak keluar, menghela sedikit nafas segar, dan tentu saja mencari tegukan alkohol dan hisapan ganja lagi. Sedang dilain sisi, TAKE CONTROL lagi memainkan bebunyian youthcrust mereka dengan garangnya. Di saat itulah saya baru saja memperhatikan bahwa sosok pocong yang menari sedari band pertama tadi tak berhenti juga menggerakkan anggota tubuh dengan liarnya :P Kini giliran KONTRASOSIAL untuk perform. Sementara beberapa hantu masih menyiapkan bebunyiannya, saya sempat membakar dulu satu lintingan ganja sembari menyiapkan gitar. Para hantu-hantu resah sudah semakin menggila ketika beberapa riff dan ketukan lagu pertama baru saja dimulai, banyak dari mereka sampai jatuh di atas perangkat drum. Dan dihampir semua lagu yang kita mainkan malam itu tak ada satupun lagu tanpa hilangnya suara cymbals ataupun gitar, karena penuh sesak arwah gentayangan sampai hampir di bibir sound cabinet. Sungguh ini sebuah acara paling chaos yang pernah kami mainkan, dan atmosfir ini semakin menambah daya gerak iregular ritmik saya dan para personil KONTRASOSIAL lainnya. Setelah itu giliran para hantu resah dan marah bernama MILISI KECOA untuk menampilkan bebunyian punk rock mereka. Dengan keadaan yang terlalu mabuk dan ribetnya kostum kecoa salah satu gitarisnya, membuat banyak waktu terbuang dan para roh-roh haus kenistaan lantai dansa berusaha sabar menunggu. Namun tiba-tiba ketukan dari salah satu lagu hits mereka dimainkan, dan sontak para hantu pun dansa kegirangan. Tapi ketukan lagu itu ternyata dikeluarkan oleh salah satu arwah sahabat yang sepanjang malam itu tak bisa lepas dari headphone-nya. Sialan! Semua arwah masih saja bisa tertipu. Akhirnya MILISI KECOA melantunkan bebunyiannya setelah nada dawai gitar dirasa sinkron. Dengan hadirnya bebunyian, hampir semua arwah disana kembali melepaskan dahaga keliaran. Setelah itu giliran para iblis-iblis neraka dari KRASSKEPALA melantunkan pepujian pada para setan gila haus dansa. Lantunan pepujian hardcore punk mereka membangkitkan kembali para arwah gentayangan dari liang kuburnya. Bahkan si pocong yang pernah saya sebut tadi sampai menggulingkan meja altar sesembahan, juga tak luput beberapa botol arak sesajen kontan dia tendang sampai pecah. Oh! para hantu-hantu pemberontak, sungguh kalian tak memerlukan lagi kehadiran sifat kepemimpinan iblis berwajah jibril untuk membentuk sifat kemurtadan kalian yang hanya oleh kalian sendiri bisa pahami. Dan setan penghuni kerak neraka, ayo runtuhkan pagar pembatas surga, sehingga kita bisa saling berbagi sifat dosa pada rasa kemerdekaan untuk berdansa!

Dan dikarenakan beberapa teguk teh hangat, seduhan beberapa kawan disana, mengembalikan lagi saya ke muka bumi peradaban yang tak kunjung runtuh. Saya kembali menaiki mobil yang sama seperti saat saya pergi, melewati jalan yang sama seperti yang sebelumnya telah kita lalui. Godaan memori dan tarian cacing kremi di perut, membuat kami memberhentikan laju kendaraan tepat didepan penjual nasi kuning di daerah tegalega. Dulu beberapa kawan sempat menghabiskan banyak waktu di rumah depan tempat penjual nasi kuning ini, tapi dengan beranjaknya waktu dan perkembangan pertimbangan, tempat tersebut tak lagi dijadikan sebagai tempat beraktivitas. Dengan terpenuhinya memori romantisme masa lampau juga ingatan perform kacau beberapa jam lalu, saya kembali berpulang dan lelap tertidur kala mentari mulai terasa silau. Dan bulan baru ini bisa saja dijadikan sebagai awal.



-anjingliar-

SUKABUMI (10 OKTOBER 2009)



Rasa pahit dari muntahan kopi campur krim saset yang masih kental terasa di langit-langit mulut menemani keseluruhan pagi itu. Pukul tujuh lebih limabelas menit dimana saya dan salah satu sahabat menunggu para kawan lain yang di hari sabtu itu berencana melaksanakan perjalanan ke sukabumi untuk menghadiri dan ikut meramaikan sebuah gig disana, namun baru pada pukul sepuluh lebih kesemua penumpang berkumpul. Dua botol minuman sebagai pemanasan kami habiskan terlebih dahulu sebelum melanjutkan dua setengah jam perjalanan menuju sukabumi tersebut. Di dalam mobil, kita berlima saling melempar canda dan cerita tak henti sebagai teman perjalanan diantara pabrik dan rentetan rumah penduduk lokal yang sekarang lumayan jarang dilalui oleh kendaraan pribadi setelah adanya jalan tol dari bandung langsung ke jakarta. Kadang kita terpaksa harus menyusul beberapa truk sampah di depan mobil kita karena baunya terlalu mengganggu menusuk hidung (bahkan bagi kami yang sering nongkrong di pinggir selokan kota). Jalan lurus yang panjang dan terasa membosankan membuat kami sempat memberhentikan mobil didepan toko jamu untuk membeli dua botol minuman alkohol lagi. Perut lapar dan kantuk mata, bahkan rasa muntah tadi pagi seakan menghilang tidak berasa tertutup oleh rasa intisari juga potongan buah mangga sebagai penambah rasa.

Mendekati sukabumi kita saling berkoordinasi dengan kawan di sana untuk bersama-sama menuju tempat acara karena kurangnya pengetahuan kita tentang seluk beluk kota sukabumi. Setelah akhirnya kita bertemu di pusat kota dengan beberapa kawan dari sukabumi, jakarta dan juga kawan dari bandung yang pergi sedari jum'at kemarin dan sekarang berada di atas mobil bak terbuka yang tampak kepenuhan oleh banyaknya kawan yang ikut serta. Sungguh saya sempat iri dan berniat untuk melompat naik keatas mobil bak terbuka itu. Bayangan betapa asik dan menyenangkannya apabila muka dan rambut ini mendapatkan terpaan angin sejuk bukit yang membawa oksigen lebih untuk hisapan paru-paru kotor ini sangat menggoda imaji. Namun tak ada lagi tempat yang tersedia untuk penumpang ekstra. Saya hanya bisa duduk dan membuka kaca mobil lebar-lebar. Tak lama setelah iring-iringan kedua mobil ini melewati beberapa tanjakan berbukit, hujan yang memang datang pada bulan penghujan ini deras mengguyur sisi bukit kota sukabumi yang kami lalui. Sudah tentu, mereka yang berada di atas mobil bak terbuka itu basah kuyup. Entah itu suatu keberuntungan saya tidak terkena basahnya hujan atau bahkan tanda-tanda kesialan saya untuk hari-hari kedepan :P

Didalam aula yang sepertinya biasa digunakan sebagai tempat rapat, diantara pemandangan pegunungan dan berjejernya rangkaian kamar sewaan, acara itu diadakan. Beberapa jam lagi acara baru akan dimulai. Masih banyak waktu untuk soundcheck dan bercakap-cakap dengan beberapa kawan dari berbagai kota yang hadir disana. Sebagian kawan dari bandung baru saja datang, sore itu saya bertemu dengan banyak wajah-wajah yang cukup familiar bagi memori saya yang sangat terbatas. Tak lama setelah menghabiskan santapan nasi bungkus yang dibeli secara swadaya, acara pun dimulai. Beberapa band memainkan bebunyian dengan gaya oldschool hardcore-nya. Saya lupa lagi nama band band itu, sorry. HELLOWAR mengambil alih kuasa stage untuk beberapa menit kedepan dengan bebunyian heavy dark crust mereka. MILISI KECOA lalu menampar tepat di muka para bonehead melayu dengan bebunyian punk rock. Ya punk rock! komplit dengan pogo, sing along juga putus senar gitarnya. Setelah itu giliran band saya mengambil posisi. Di gig ini kita menggunakan suara dari salah satu vokalis KRASSKEPALA karena vokalis kita sedang berada di seberang pulau sana. Sepuluh lagu di list kita bawakan dengan energi yang sama ketika kita awal membentuk band ini, walaupun sudah banyak personil yang datang dan pergi. Tampaknya band ini memang tidak menawarkan apa-apa selain energi. Masih banyak lagi band band tampil malam itu, namun tidak kesemuanya dapat saya lihat dan nikmati karena faktor kelelahan dan keringat dingin setelah saya kembali muntah mengeluarkan hampir kesemua makanan yang kita beli secara swadaya tadi. Sial! Malam itu di tempat acara, saya habiskan dengan menahan lapar dan melemaskan jari jemari tangan kanan saya karena kram teramat sangat. Disela-sela jendela, sembari meringis, saya menikmati alunan suara dari JABARA yang powerfull dan enerjik (saking enerjiknya sang gitaris nongol keluar ruangan dari sela-sela jendela di tengah lagu, keren!), beberapa band grindcore, suara cross over dari GRAVE DANCER juga ketukan grinding yang konstan dari MAGNICIDE. Lapar dan rasa sakit tak menghalangi kepala saya untuk headbang sedikit. Ada sedikit kejadian dimana basis dari GRAVE DANCER harus berlumuran darah karena jidatnya terkena ujung bass, kabarnya dia harus mendapatkan delapan jahitan untuk menutup lukanya. Stage mc bilang masih ada beberapa band lagi untuk mengisi malam ini, termasuk VIVISICK, band thrash power violence dari jepang. Tapi para sahabat saya memutuskan untuk kembali pulang sebelum rasa kantuk dan lelah ini tak dapat diatasi.

Meluncur kembali dijalan yang sama yang tadi pagi kita lalui, tapi kini di jalur yang berbeda. Alunan suara dari kedua album HOMOGENIC, RAJASINGA dan HARK! IT'S A CRAWLING TAR-TAR sebagai hasil dari perputaran cd mp3 bajakan didalam mobil setia menemani sepanjang jalan pulang. Kadang tertutup oleh suara tawa guyonan menggoda dan dering sms. Dua sahabat saya ikut merebahkan badan di kamar saya setelah tadi kita mengantarkan terlebih dahulu salah satu sahabat ke cimahi. Si empunya mobil langsung pulang, karena kekasihnya sedang sakit. Tanpa mengganti baju, saya tertidur di panjangnya kursi ruang tamu, bermimpi tentang kamu membaca tulisan ini sampai tamat. Hehehe... ;)


-anjingliar-

KONTRASOSIAL - TURTLES JR. SOUTH EAST ASIA 2009 TOUR DIARY





Kamis 23.07.2009
Sebelum matahari mulai meninggi, saya dan beberapa sahabat lain pergi dari jalan lengkong itu menuju bandara hussein sastra negara. Keberangkatan kita bagi menjadi dua kali, pukul enam dan pukul sebelas, kebetulan saya mendapatkan yang pagi itu. Jadwal keberangkatan pukul enam lebih lima belas menit itu pun terasa sangat terburu-buru bagi kami yang tak biasa bangun pagi. Terlebih dengan tidak adanya pemberitahuan akan masa berlaku nomor pokok wajib pajak yang baru berlaku tiga hari setelah tanggal pembuatan, salah satu sahabat saya harus membayar viskal yang terasa sangat berat untuk kita, tapi secara kolektif kita membayar viskal itu. Sesampainya di bandara changi, kami dijemput oleh beberapa sahabat kami disana menuju tempat menginap disana. Setelah rombongan kedua datang dan menata barang bawaan seluruhnya, kita semua pergi menghabiskan sore menjelang malam di tepi pantai kawasan changi village. Saat malam mulai meninggi dan beberapa kawan disana mulai berdatangan, kita pun memulai ritus yang biasa kita lakukan, meminum beberapa botol cairan alkohol dan berkaleng-kaleng beer, namun beberapa sahabat badannya masih belum bisa beradaptasi dengan panasnya suhu di tempat itu, dan harus menghabiskan malam dengan tertidur lemas. Pada pagi buta ketika hampir semua terlelap tidur dalam keadaan mabuk, hujan deras pun mengguyur kota singa itu dan membuat kelembaban udara terasa segar untuk kami yang terbiasa berada di dataran tinggi.

Jum'at 24.07.2009
Tak lama setelah mengisi perut dan mempersiapkan seluruh barang bawaan, di siang itu, ke empat belas sahabat dari bandung ditemani tiga sahabat dari singapore, menaiki bis menuju crawlsapce venue di north bridge road. Venue yang bagus, dimana sebenarnya tempat tersebut adalah studio yang dirubah menjadi venue saat weekend, lengkap dengan dapur, panggung, lightning dan equipment yang cukup memadai. Dengan masih tersedianya waktu sebelum gig dilaksanakan, saya dan beberapa sahabat saya pun pergi berjalan kaki melihat-lihat kota itu. Sesampainya di patung merlion beberapa kawan dari singapore punks berdatangan untuk saling bertatap muka dan bertukar sapa. Namun situasi itu dimanfaatkan oleh turis-turis lain untuk mengambil foto bersama para punks, dengan itu kami tidak menghabiskan banyak waktu disana dan langsung kembali ke venue. Sambil menyiapkan barang lapakan dan mengoperkan kaleng beer ditangan, kami pun menunggu malam datang. Suasana jalan kecil diluar venue sudah mulai dipenuhi para punks saat gig dimulai. PAZAHORA memainkan dark riffs metal crust mereka untuk mengisi acara, karena ada dua band yang tak bisa bermain di malam itu. Dilanjutkan dengan bebunyian '82 style street punks dari THE FOCKERS yang lumayan memanaskan suasana tempat itu. Tak lama berselang, distorsi riff oldskool thrash metal yang dimainkan BLOODSTONE membuat beberapa sahabat turut larut dalam suasana headbanging dan moshing. TURTLES JR. benar-benar membakar singapore dimalam itu dengan ketukan hc/punks mereka di awal tour ini. Crowd multi ras punks di venue itu berdansa ria dengan liarnya. KONTRASOSIAL menutup rangkaian acara. Ketukan d-beat raw punk dan gerak ritmis anggukan kepala disalurkan bertubi-tubi, menambah suhu panas di dalam venue berpendingin tersebut. Tak lama setelah acara berakhir, kita semua harus segera masuk kedalam bis yang hanya cukup untuk sepuluh orang dan empat orang lainnya terpaksa harus berpisah bis. Dalam kondisi lelah dan baju yang masih basah dengan keringat, kita bergerak menuju johor bahru. Dengan lamanya kita mengisi formulir pendaftaran di imigrasi malaysia, bis pun melaju meninggalkan kita di pelataran parkir imigrasi johor bahru. Sembari menunggu bis lain yang bisa membawa kita ke terminal larkin, kita menanyakan kabar keempat sahabat kita yang terpisah kendaraan. Ternyata mereka harus berjalan sejauh tigapuluh kilo meter diantara perbatasan singapore dan malaysia. Setelah mendapatkan bis kosong yang bertujuan ke terminal yang sama kita pun kembali harus meninggalkan keempat sahabat yang belum sampai itu. Dari terminal larkin kita semua berjalan selama dua puluh menit ke tempat bermalam di rumah sahabat yang memang sedari singapore tadi berbarengan dengan kita. Sesampainya di rumah yang pekarangannya penuh dengan kursi-kursi bis yang sudah tidak terpakai, dan keempat sahabat yang tertinggal pun sudah sampai disana dengan menggunakan taksi dari tempat imigrasi malaysia, kita semua merebahkan badan beristirahat dari kelelahan teramat.

Sabtu 25.07.2009
Bangun dari tidur yang tidak cukup dan kaki yang masih pegal, kita semua masih melemaskan badan di rumah itu, namun si empunya rumah tidak ada di tempat, dia harus bekerja terlebih dahulu. Diantara pagi dan siang itu, kita menghabiskan waktu dengan memanjat pohon rambutan dan mengusir ular kobra agar tak masuk rumah. Di siang hari setelah semua orang dan tuan rumah mandi, kita menaiki bis menuju terminal larkin untuk membeli tiket ke kuala lumpur malam nanti dan setelah itu pergi ke venue acara lain dengan tujuan berdagang. Beberapa jam kita habiskan disana sebelum kita semua harus berjalan lagi ke tempat acara dimana kita dijadwalkan untuk bermain. Rafeah building diantara tempat makan dan bengkel kendaraan bermotor menjadi tempat dimana WYNKEN DELIRIUM bermain sebagai pembuka acara (saya tidak sempat melihat band ini karena saya sedang berada dibawah gedung bercakap-cakap dengan beberapa kawan), TURTLES JR. selanjutnya mengambil tempat, kelelahan perjalanan nampaknya tidak menjadi halangan bagi mereka untuk bermain maksimal dan hal tersebut menyemangati para penikmat lantai dansa, serangan bebunyian hc/punks maksimal dari equipment yang minimal!!! Lalu METALUNG segera mengambil posisi. Riff dan ketukan thrash metal dicampur lirik parodikal membuat performance mereka terasa amat segar. KONTRASOSIAL segera mengambil tempat di malam itu. Body surfing dan moshing dari antusiastik crowd disana mengiringi iringan d-beat crust punk mereka. RABAK tak lama mengisi kekosongan, ketukan d-beat full spikes and studs punk jacket dari mereka benar-benar liar! Penutup acara diserahkan kepada EYES POPPING OUT, guitar and drums d-beat punk dari mereka memukau crowd yang tak ragu bersing-along atau bahakan membuat wall of death di depan muka mereka. Great band!!! Tak berselang lama setelah gig selesai, beberapa percakapan dan gurauan dengan beberapa kawan disana juga merchandise trading, kita semua harus pergi ke terminal larkin untuk menaiki bis menuju kuala lumpur. Setelah mengucapkan salam dan terimakasih juga mengagumi bis yang sangat nyaman untuk digunakan, saya pun tertidur lelap di atas laju cepat roda bis tersebut.

Minggu 26.07.2009
Di puduraya kita semua terbangun kaget karena sudah sampai di pemberhentian yang dituju. Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi, jalanan masih terasa sepi untuk kota besar ini, kereta belum beroprasi. Sambil menunggu teman menjemput di pemberhentian puduraya ini, kami semua memutuskan untuk menunggu di kedai sambil minum teh tarik dan mengisi perut. Setelah kedua teman datang menjemput di kedai itu, kita berjalan dibawah jalan layang kereta mono rail diantara coretan penolakan kebijakan pemerintah malaysia dengan I.S.A nya. Dari stasiun pasar seni kita menaiki kereta menuju asia jaya. Waktu sudah menunjukkan angka tujuh, namun pagi itu masih teramat gelap, hujan yang menemani perjalanan kita di pagi itu menambah dinginnya kulit diantara tumpukan kaos, jaket, tas ransel dan softcase gitar yang saya jinjing. Di rumah food not bombs kuala lumpur itu, setelah meletakkan barang bawaan, saya duduk tertidur di samping tumpukan rak-rak buku dan gantungan berbagai lukisan. Di rumah itu aktivitas terlihat sangat terjaga, bukan saja beberapa orang yang masuk selain kami untuk memasak dan serving nanti sore di pusat kota kuala lumpur, para seniman lukis yang mencari mood, juga anjing dan kucing yang bermain bersama di taman depan rumah ini. Beberapa kawan lain dari kuala lumpur mulai berdatangan, dan beberapa dari mereka membawa lintingan ganja. Sebelum kami pergi ke venue malam nanti, kami pun secara berbarengan menghisap perputaran lintingan ganja diantara sela-sela jari yang berbagi. Malam menjelang, dan kami pun harus pergi ketempat acara berikutnya. Paul's place di daerah kolumpo, dimana sarang burung gagak menambah kelam malam dan sahutan lolongan anjing menahan laju polisi yang hendak masuk ke dalam venue di lantai lima itu. Saya benar-benar tergoda dengan ajakan beberapa kawan untuk menenggak beberapa botol alkohol dan menghisap kembali ganja di lantai bawah venue di pinggir jalan, karena itu saya pun tertinggal performance dari beberapa band disana. Saya kembali masuk kedalam venue saat TURTLES JR. memainkan intro mereka, beberapa punks yang mabuk bareng dengan saya di bawah tadi mulai bergerak liar tak beraturan dan kadang terlalu kasar. Musik hc/punk dari TURTLES JR. menambah keliaran mereka!!! Setelah itu giliran KONTRASOSIAL naik keatas panggung, dengan energi yang mulai menipis mereka masih memainkan anthemic d-beat crust punk mereka dengan konstan. Selepas acara kita lalu kembali ke rumah itu dan beristirahat.

Senin 27.07.2009
Tidak adanya jadwal gig dihari ini membuat beberapa sahabat saya memutuskan untuk menghabiskan waktu di hari ini dengan mengunjungi tempat-tempat wisata kuala lumpur, dan beberapa sahabat lain berdiam santai memulihkan kondisi fisik yang terkuras di rumah ini. Juga adanya pasokan ganja sedari pagi membuat saya tidak beranjak dari rumah tersebut dan hanya bercanda gurau dengan beberapa sahabat juga anjing dan kucing penghuni rumah itu. Whatta nice place!

Selasa 28.07.2009
Mabuk lagi. Tidur lagi. Jalan-jalan lagi. Makan lagi. Tidur lagi. Trade barang lagi. Istirahat lagi.

Rabu 29.07.2009
Kita memutuskan untuk mengambil bis ke johor bahru pada pukul satu pagi itu, dan sebelum pergi meninggalkan para sahabat di kuala lumpur sana, kita masih sempat memutarkan kembali lintingan ganja. Dengan kepala masih agak high saya dan para sahabat lain mengucapkan salam perpisahan dan bergerak menaiki bis menuju johor bahru. Pukul setengah enam di terminal larkin (lagi), lalu kita menunggu bis untuk menuju pelabuhan stulang laut. Pelabuhan stulang laut tidak tampak seperti pelabuhan biasanya, tapi lebih terlihat seperti mall besar dengan gerai-gerai waralaba di kiri kanan nya ditambah fasilitas pelabuhan internasional didalamnya, Whatta fuckin' mix! Another corporate manuver with state border. Sucks! Diatas jetty itu kita menenggak dua botol minuman dan membuat perjalanan selama dua setengah jam diatas laut diantara johor dan bintan terasa sangat singkat. Sesampainya di tanjung pinang, kita langsung menuju tempat sahabat lainnya yang tidak terlalu jauh dari perlabuhan itu. Setelah beristirahat, malam itu kita pergi menikmati suasana pulau bintan sambil bernyanyi di pinggir pantai dan menikmati daging siput yang disebut gonggong. Tumpukan kaleng beer menambah hangat dan liarnya malam. Selepas malam di tanggal itu bertepatan dengan hari ulang tahun salah satu sahabat saya yang turut dalam perjalanan ini. Happy birthday matey!

Kamis 30.07.2009
Menjelang siang beberapa sahabat dari singapore, yang sebelumnya kami temui disana, berdatangan, mereka seyogyanya mengisi acara di malam nanti bersama kami di tanjung pinang ini. Setelah bersiap-siap, kita sebagian mulai pergi ke venue dan bertemu kawan-kawan dari medan, batam, jakarta dan pastinya kawan-kawan dari tanjung pinang itu sendiri. Sore menjelang acara pun dimulai. Diantara pohon rindang, lapang bola basket dan birunya langit tanjung pinang, CUBUNG CHAOS memulai gig dengan semangat d.i.y tersebut. Lantas disusul oleh THE COLLS yang sebenernya gabungan dari beberapa personil band lain yang turut mengisi acara itu, juga beberapa band dari tanjung pinang. Ternyata banyak band yang tidak termasuk di flyer bermain di acara ini (atau memang saya lupa nama-nama band yang bermain di hari itu hehehe... sorry...). Sehabis adzan maghrib FIRSTBLOOD, dari jakarta, memainkan bebunyian d-beat raw hc/punks mereka dengan enerjik. Crowd mulai memanas. Raungan distorsi lalu disambut dengan KONTRASOSIAL, dengan enerji d-beat raw punk terakhirnya :D Begitupun TURTLES JR. yang bermain all out dimalam itu. Bahkan sang basis bermain sambil body surfing diatas kepala crowd yang menggila. BLINDED HUMANITY, dari singapore, menambah panasnya malam itu dengan ketukan d-beat punk mereka. GEDEBAK GEDEBUK, dari medan, juga tak kalah memanaskan hawa kebersamaan dengan anthemic street punk dengan female vokal. BAD+ dari jakarta, menutup malam itu dengan singalong anthem raw punk sound, sebelum keseluruhan acara harus dihentikan karena waktu melebihi dari jam yang diizinkan. Sial! Setelah melemparkan beberapa salam perpisahan dan candaan dengan kawan-kawan disana, juga salam selamat jalan untuk band-band dari jakarta yang akan melanjutkan perjalanan mereka ke malaysia dan singapore, kita semua kembali ke rumah untuk mengambil istirahat dimalam itu.

Jum'at 31.07.2009
Surat dari singapore punks yang harus pergi meninggalkan kita kala tertidur lelap tergeletak di antara barisan tubuh lelah. Dua sahabat saya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu menuju bandung dikarenakan panggilan kerja yang sangat mendadak. Tapi itu bukanlah suatu desertir atau pelepasan tanggung jawab, menurut saya, karena hidup itu lebih luas dari pada hal-hal yang berbau punk itu sendiri. Awkay... selamat jalan ya kawan. Siang itu kita berkemas untuk pergi lagi menuju pantai trikora di daerah tanjung pinang. Pantai yang sangat bersih dengan pasir putih terhampar sepanjang tepi. Hampir tak ada siapapun di pinggir pantai selain kami yang baru sekali kesana. Dengan menari mengelilingi api unggun dan reaksi alkohol didarah saya dan para sahabat saya mulai meninggi seraya kita mengeringkan badan yang basah terbasuh air laut. Malam pun larut, air laut pun surut terbawa angin dan grafitasi. Kita tertidur didalam kamar buatan diatas laut yang surut.

Sabtu 01.08.2009
Perputaran rotasi dari split cd flyblown/warvictims menemani telinga saya dan beberapa sahabat saya sepanjang jalan di dalam mobil di pagi menjelang siang itu. Kami menuju pelabuhan untuk menaiki ferry, yang hanya ada dua kali dalam satu hari, menuju batam. Namun sesampainya di pelabuhan, tiket ferry untuk mobil sudah terjual habis, dan kita dengan terpaksa harus meninggalkan mobil di pelataran parkir pelabuhan dan menaiki speed boat untuk mancapai batam tepat waktu. Di pelabuhan punggur kita menunggu mobil jemputan untuk menuju tempat penginapan di daerah nagoya hill. Setelah kembali kita beristirahat dan beradaptasi dengan cuaca panas kota batam yang dipenuhi dengan orang-orang dari bandung, kita langsung menuju venue di sekitaran daerah ocarina, serupa taman wisata. Diantara jejeran ruko yang belum tersewa, musholla dan foodcourt yang buka setengah, disana gig diadakan. Dengan tidak adanya flyer acara ini yang sampai ke tangan saya, saya pun tidak mengetahui nama-nama band yang main di malam itu, tapi yang pasti disini blink wan-eyti-tu masih digemari. Hampir seluruh band membawakan lagu mereka :o KONTRASOSIAL pun langsung mencuri tempat dengan d-beat crust mereka. Kurangnya suara pada seksi bass dan kelelahan yang teramat, membuat mereka hanya memainkan sebagian lagu dari playlist mereka. TURTLES JR. menghabiskan rangkaian tour ini dengan memberikan mic pada lagu terakhir kepada penonton. Great show! GEDEBAK GEDEBUK yang sebelumnya sharing stage bersama kami di tanjung pinang, kini bermain lagi dengan performa sound yang lebih baik. THE SINTINK band dari tanjung pinang yang sempat mengurungkan niatnya untuk bermain karena malu, akhirnya memainkan bebunyian street punk fucking rock mereka. Setelah itu kami beranjak pergi ke tempat penginapan karena band yang main berikutnya masih saja membawakan lagu dari band wan-eyti-tu itu. Mmppffhh...

Minggu 02.08.2009
Sisa botol beer yang tidak terminum semalam didalam lemari pendingin menemani saya dan beberapa sahabat saya yang terbangun pagi sekali. Setelah kita semua mendapatkan tiket untuk pulang dihari ini menuju bandung nanti malam pukul delapan, yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu waktu mendekati jadwal keberangkatan di lobby penginapan. Beberapa sahabat saya mengisi waktu dengan berjalan-jalan di kota batam, sedangkan saya dan beberapa sahabat lain, menghabiskan waktu dengan menghabiskan dua botol alkohol yang hambar rasanya dan bercakap-cakap mengenang memori yang mulai kabur, menanyakan kabar para sahabat di kuala lumpur yang sedang dalam keadaan menentang kebijakan I.S.A yang saya baca dikoran lima ratus orang tertangkap saat menggelar demonstrasi di sana, sekalian mengevaluasi tentang tour kali ini. Hampir pukul delapan di bandara hang nadim saat saya memasuki badan pesawat. Pada waktu mendekati angka sebelas di malam itu, saya kembali harus beradaptasi dengan cuaca dingin kota bandung dan kosongnya hari-hari saya sebagai seorang penganggur profesional :P

Big thanks to Shaiful, Kodi, Dien, Hashib, Razid, Haida, Singapore Punks, Apexx, Jimbo, Larkin Terror, Johor Bahru HC/Punks, Alak, Joe Kidd, Poodin, Broco, Luna, Solar, Pat, Tumin, Rice Cooker, FNB-KL, Kuala Lumpur Punks, Andre SS, Ariel, Tanjung Pinang HC/Punks, Juno, April, All Batam Crews and all friends wherever you are who support us on this tour, and offcourse para sahabat yang turut serta dalam rangkaian tour ini. Cheers!!!



-anjingliar-

CRUST NIGHT HOLOCAUST (JAKARTA JULI 2009)



Dengan mata perih hasil dari kurang tidur tadi malam dan rasa di mulut masih tercium bau sisa alkohol, saya dan ketiga sahabat saya berangkat menuju stasiun kereta bandung. Beberapa sahabat sudah menunggu disana. Pukul delapan di pagi itu jalanan lengkong terasa masih lumayan sepi dan perjalanan selama dua puluh lima menit di dalam angkot itu berlalu begitu saja. Sesampainya di stasiun kereta bandung kami langsung mengatur keberangkatan kita, karena ternyata tiket kereta sudah habis, yang tersisa hanya tiket kereta tanpa tempat duduk. Dengan barang bawaan kita yang banyak, kita memutuskan untuk mencari alternativ lain dengan menyewa mini bus travel. Setelah melalui nego harga yang agak alot kami berhasil mendapatkan travel itu dengan harga tujuh ratus ribu rupiah, memang kalo di bagi dengan kedua belas penumpang masih terasa agak mahal, namun kita menutupinya dengan kolektifan, dan melihat dari keuntungan yang didapat kita sepakat untuk menggunakan jasa travel tersebut. Dari stasiun kereta bandung kita lalu berjalan menuju pom bensin yang tidak terlalu jauh tempatnya dari stasiun itu. Pukul sebelas kita meluncur menuju jakarta, setelah beberapa masalah dengan yang punya travel dan penumpang lain teratasi. Dimulailah perjalanan KONTRASOSIAL, PROJEK BABI dan SCUM SYSTEM KILL dari bandung menuju jakarta itu.

Perubahan udara mulai terasa kala kita semua turun dari travel itu. Setelah kita menurunkan semua barang dan sedikit menyeka keringat, kita pun lalu menitipkan barang-barang bawaan kita di dalam distro yang memang terletak didalam stasiun tersebut. Stasiun pondok jati daerah jatinegara, stasiun yang lumayan terlihat terawat. Baru pukul satu siang kala kita semua menghabiskan waktu didalam stasiun itu. Dengan waktu yang masih banyak para sahabat dari SCUM SYSTEM KILL memutuskan untuk naik kereta berikutnya yang menuju jakarta kota, tapi saya dan beberapa sahabat yang lain memilih untuk menghabiskan waktu di dalam stasiun ini, ditemani oleh beberapa sahabat dari jakarta dan berbotol-botol anggur juga lintingan ganja. Sembari mabuk dan menghabiskan waktu ditempat yang seyogyanya bakal dijadikan venue gig di malam nanti, saya dan sahabat saya menyiapkan projekt elektronik D.I.Y dengan menggunakan roda sepeda kumbang yang dibalik sebagai sumbu rotasi nya. Apabila proyek ini berhasil, seharusnya nanti para penikmat gig bakal membaca suatu tulisan didalam rotasi roda sepeda itu. Sore menjelang. Ditandai dengan mulai penuhnya kereta yang melintas, dan banyaknya penumpang kereta kelas ekonomi menuju bekasi. Beberapa sahabat lain yang dari jakarta ataupun kota-kota lainnya yang dekat sana mulai berdatangan, dan tentu saja dengan bertambahnya sahabat yang berkumpul, perputaran gelas berisi anggur pun semakin banyak dan cepat :D Beberapa equipment pendukung gig sudah mulai disiapkan, tapi kita harus menyiapkannya dengan sembunyi-sembunyi, karena kita tidak mengantongi ijin untuk mengadakan gig disini. Terlebih gig ini diadakan disebelah rel kereta api, diantara reruntuhan bangunan dan garasi sepeda kumbang milik para pengangkut beras dari luar kota. Panitia harus berusaha dengan keras untuk menjaga para pengunjung agar tidak terserempet kereta api yang melintas dengan kecepatan penuh.

Setelah semua equipment terpasang dan penerangan dari satu lampu neon saja menyala, gig pun dimulai. Entah pukul berapa saat KEPALAN TANGAN langsung meluncurkan bebunyian pembuka, pengunjung pun seraya dikomandani merangsek masuk kedalam venue yang dibatasi pagar itu. NERAKA lalu mengambil alih venue yang mulai mengangkat debu-debu bersama gerak cepat kaki para penikmat lantai dansa dimalam itu. Belum sempat debu itu turun seluruhnya, PROJEK BABI menggetarkan lagi pagar pembatas kereta dengan serangan duo d-beat yang diselingi dengan suara kereta yang melintas. Debu kembali meninggi kala bebunyian d-beat crust dari KONTRASOSIAL mengajak para pedansa yang sudah terpengaruhi alkohol dimalam itu semakin menggila. Rasa mistis sinar terang bulan yang sembunyi di balik awan itu semakin menjadi dengan keluarnya bebunyian anthemic crust dari SCUM SYSTEM KILL, band ini jauh-jauh datang dari australia dengan empat personil cewe dan seorang gitaris cowok. Performace mereka terlihat agak menurun, mungkin dikarenakan faktor kelelahan dalam tour dan sang vokalis yang sedang sakit, tapi hal itu sama sekali tidak menyurutkan para penikmat lantai dansa. Keren!!! Tidak hanya sampai disana, belum sempat saya menghirup udara segar dan menyeka keringat di badan, FIRST BLOOD langsung menghajar malam dengan d-beat crust tanpa ampun. Kelembaban cuaca jakarta dimalam itu terasa menguras energi saya, saya pun beranjak dari tempat itu untuk mencari air mineral di luar stasiun. Disana saya mendengar percakapan beberapa orang polisi yang mengkhawatirkan keadaan disana dengan beberapa orang penggagas gig tersebut. Menurut saya sih si polisi itu aja yang belum tau kesenangan yang didapatkan dari sebuah punk gig, kalau saja dia merasakan kesenangan dansa bersama teman dengan kepalan tangan diatas juga headbanging, dia bakal keluar dari kepolisian dan menghadiri gig dimanapun diadakan :D Setelah memuaskan dahaga dan membasuh muka ini dengan sedikit air saya kembali lagi ke tempat acara, disana DEAD SYSTEM sedang menggeber lagu-lagu mereka. Disusul oleh THE STUPID, yang bodohnya saya melewatkan penampilan mereka, karena saya malah asik mengobrol dengan beberapa sahabat yang sudah agak lama tidak saya jumpai. Kala HELLOWAR mengeluarkan bebunyian dark crust mereka saya kembali lagi kedalam venue, ternyata mereka menggunakan drummer additional. Bebunyian langsung disambut oleh ZUDAS KRUST yang sembari mengakhiri gig dimalam itu. Great show!!!

Malam memang sudah meninggi, tapi itu tidak menyurutkan kehadiran teman-teman disana. Sembari mengambil shaf memanjang di kiri kanan pinggir rel kereta kita menghabiskan malam itu dengan canda tawa juga obrolan ringan baik tentang punk ataupun diluar dari itu, karena memang kehidupan lebih luas dari punk itu sendiri. Saya pun mulai mentrade cd yang saya bawa dengan beberapa patches dan cd SCUM SYSTEM KILL. Seorang sahabat saya menitipkan satu kardus tote bag KONTRASOSIAL untuk benefit tour asia tenggara beberapa minggu lagi. Makasih!!! Ternyata teman-teman dari SCUM SYSTEM KILL tidak menhabiskan malam itu disana, mereka harus langsung pergi ke bandara untuk mengambil pesawat pukul enam pagi menuju kuala lumpur. Nice to meet you guys! We'll meet again! Saya sempat dibingungkan dengan banyaknya teman yang mengajak saya mengunjungi tempat nongkrongnya dimalam itu. Tapi saya tetap didalam stasiun kereta itu. Bukannya tidak mau untuk pergi ke tempat tongkrongan mereka, tapi saya dan teman-teman lain yang dari bandung tidak punya lagi ongkos untuk jalan-jalan dimalam itu, lagian di stasiun ini masih banyak teman-teman yang lain menghabiskan malam. Lain kali yah! Perputaran gelas plastik yang berisi minuman alkohol ternyata tidak berhenti begitu saja disana. Sampai saat saya dan beberapa sahabat tertidur di sebelah rel kereta kala fajar sudah menjelang, sayup suara tertawa dan putaran gelas alkohol belum juga reda.

Kira-kira pukul setengah tujuh pagi saya terbangun dengan banyaknya lagi suara kereta yang melintas. Ternyata banyak juga para sahabat yang tidak tertidur malam tadi. Para sahabat disana sempat menyediakan dulu beberapa gorengan dan nasi uduk untuk dimakan bersama. Kegiatan stasiun kereta di pagi hari itu terlihat sangat sibuk, padahal saat itu masih dalam suasana liburan sekolah. Beberapa pedagang beras dengan cepat dan sigapnya menurunkan bertumpuk-tumpuk karung beras dari atas kereta ekonomi. Setelah melihat jadwal kereta yang berangkat ke bandung, kita memutuskan untuk menaiki kereta pukul delapan lebih empat puluh menit dari stasiun jati negara. Dari venue kita menaiki metro mini menuju stasiun itu. Diatas kereta kita tertidur disamping toilet, karena tidak tersedianya lagi tiket tempat duduk. Hampir jam dua belas kala kita sampai di stasiun bandung. Panas matahari menghantarkan badan lelah kita yang berpisah untuk menaiki angkot yang berbeda jurusan. Namun kenangan gig tadi malam dan keramahtamahan para sahabat di jakarta seakan menyurutkan beban kardus dan gitar yang saya bawa. Dan saya akan merebahkan badan setelah menyelesaikan tulisan ini. Sampai jumpa lagi para sahabat!!! UP THE PUNKS!


-anjingliar-
10 july 2009

STATE OF URGENCY + BLEUARGH STUDIO SHOW (FEBRUARI 2009)


Setelah beberapa hari kebelakang saya dan para sahabat saya mencari alternatif tempat dengan biaya yang seminim mungkin untuk mengadakan setidaknya satu gig di Bandung bagi split tour State Of Urgency dan Bleaurgh, malam itu di bawah rindangnya pohon dan angin yang semakin kencang mendingin, samping trotoar jalanan hotel yang sudah terpaksa dibiasakan dengan kehadiran para pemuda dengan dandanan urakan dan berbotol-botol alkohol golongan C pada genggaman setiap malam, kita secara sepakat untuk menyewa sebuah studio -setelah saya di blacklist oleh hampir semua studio yang pernah kita gunakan untuk mengadakan studioshow- di daerah depan terminal ledeng, menjauh sedikit dari pusat kota Bandung. Saya tidak menggunakan nama saya lagi. Saya menjadi orang disebelah saya. Saya menjadi nama yang saya tidak kenal sebelumnya. Menjadi orang yang sama sekali bukan diri saya. Dengan bujuk rayu gombal untuk menyiapkan equipment sendiri dan kita hanya menyewa tempat studionya (dengan harga wajar seperti biasa tentunya).

Setelah cabinet bass, cabinet gitar dan drum set naik ke mobil bak pinjaman dari sahabat saya, siang itu ditemani hujan yang tak terlalu besar tapi cukup untuk membuat kaca mobil berembun, saya pergi ke studio yang tidak terlalu besar tetapi cukup untuk menampung beberapa sahabat yang memang sedari beberapa hari kemarin menanyakan tempat dimana bakal berlangsungnya gig itu, dan ketika saya tiba disana para sahabat banyak yang sudah ada disana. Hampir jam empat sore. Beberapa equipment berfungsi sebagaimana mestinya. Namun tidak pada cabinet bass yang sangat bodohnya saya lupa untuk membawa kabel penghubung dari head cabinet ke speaker aktifnya. Cabinet bass yang kita bawa akhirnya diganti dengan cabinet bass punya studio. Seharusnya gig sudah dimulai. Tapi selain cabinet bass yang tidak bisa dipakai, saya dan beberapa sahabat saya juga lupa untuk membawa snare drum. Awalnya pihak studio tidak mau menyediakan snare drum, tapi setelah keputusan sepihak dari si empunya studio untuk menaikkan harga sewa dari duapuluhlimaribu per jam menjadi empatpuluhribu, mereka menyediakan snare drum itu.

Sementara beberapa sahabat saya masih membujuk pihak studio untuk meminjamkan snare drum tersebut, CAPITAL(IS) CARNAGE menyiapkan performa mereka, karena memang mereka tidak menggunakan drum set. Ketukan grinding hypercan mereka keluarkan dari set laptop yang dipadu dengan sayatan gitar, bass dan vokal yang menggerutu. Para penikmat lantai dansa pun tidak menyianyiakan kesempatan itu. Bagus! Tak lama setelah itu snare drum tersedia, dan KONTRASOSIAL memanjakan si penikmat lantai dansa lagi dengan ketukan-ketukan d-beat yang mereka produksi. Beberapa lagu mereka bawakan tanpa hadirnya suara vokal. Masalah pada mic tak membuat mereka menghentikan bermain. Dan setelah masalah pada mic teratasi, ASSUSILA lalu menghajar lagi telinga para sahabat yang hadir didalam sana dengan tempo cepat grindingpunk mereka. Para pedansa terlihat terpuaskan. Dengan semakin mepetnya waktu, mereka hanya membawakan lima lagu mereka. Lalu tak lama setelah gendang telinga baru saja bisa mendengar secara normal, BLEAURGH yang datang dari balikpapan, lagi-lagi menendang-nendang gendang telinga saya dan para sahabat yang setia tak beranjak dari dalam studio yang sesak peluh keringat dengan d-beat crust mereka. STATE OF URGENCY pun dengan antusias dan tanpa membuang-buang waktu menyerang urat-urat saraf telinga yang tak mampu lagi menahan suara diatas desibel kewajaran suara yang mampu diterima manusia. D-beat crust mereka membuat para pedansa melakukan circle pit dan wall of death didalam studio yang tidak terlalu luas itu. Setelah mereka memuaskan para pedansa, REVENGE bersiap-siap untuk melakukan performa mereka. Namun si empunya studio tiba-tiba mematikan keseluruhan listrik yang mengalir ke dalam studio sebelum REVENGE memainkan satu lagu pun. Dengan alasan waktu sudah habis, mereka, lagi-lagi, membuat keputusan secara sepihak. Sucks! Tak hanya REVENGE yang tidak jadi mengeluarkan bebunyian mereka, tapi masih ada BERHALA yang juga tidak diberi kesempatan bermain dan bersuara. Totally sucks!

Memang kejadian dimana tidak seluruhnya band pengisi disatu gig bisa memainkan bebunyian mereka bukan untuk sekali ini saja. Karena di Bandung -baik para oerganisator gig D.I.Y ataupun bukan- selalu mendapatkan masalah dalam hal mencari tempat untuk suatu gig (disini saya lebih baik bilang gig daripada acara, kumaha aing weh!). Padahal kalo dihitung band punk ataupun hardcore atau apapun dan siapapun yang masih terlibat dalam pengorganisiran gig D.I.Y di Bandung sendiri mungkin ada dalam bilangan seratus bahkan lebih, dan apabila mereka mau menyisihkan uang mereka untuk membuat tempat dan membeli tanah secara kolektif (karena squating di sini masih belum mungkin untuk dilakukan) sangatlah mungkin untuk dilakukan, kita tidak lagi bakal dirisaukan dengan adanya lagi pemberhentian suatu gig oleh berbagai pihak. Saya tak mau lagi pesta yang saya hadiri tiba-tiba berhenti ditengah jalan.
"If I can not dance, so this is not my revolution" -emma goldman

Malam itu saya tutup dengan berkumpul lagi dengan beberapa sahabat saya dan mengevaluasi seadanya gig yang baru saja kita hadiri. Dibawah pepohonan rindang yang sama, ditrotoar hotel yang sama, ditemani angin dingin yang kami berusaha menutupnya dengan berbotol-botol alkohol golongan C yang sama kami minum kemarin. Saya hanya bisa mengulang, kadang mengevaluasi, tapi tetap mengulangnya lagi.


-anjingliar-

MEMBAKAR BATAS (BOGOR FEBRUARI 2009)


Setelah semalaman saya bersama teman-teman yang lain menikmati campuran satu kaleng selai mushroom dengan beberapa linting ganja dan sedikit pil penenang lalu ita semua bersiap menyegarkan diri untuk pergi ke kota bogor, sepertinya terlalu pagi untuk ambil air mandi dan kondisi kepala saya masih dalam keadaan setengah mabuk. 6:30 minggu pagi. Bandung sepi. Enakeun. Cuaca seger. Masih mabuk.
Bis sewaan meluncur setelah hampir semuanya di PI siap tuk pergi, tak lupa mampir dulu di toko minuman yang pagi seperti ini masih aja buka. Mengisi bensin dulu sebelum masuk tol pasteur. Bakar dulu ganja. Makan aja pil lexotannya sekarang. Bakar lagi. Minum lagi. Saya pilih arak daripada intisari, anggur merah jadi barang yang dicari. Tunggu dulu si Ama yang ketinggalan bis. Mangkal dulu di depan mall. Panas banget anjing cuacanya. Si Ama datang. Cabut!Kecepatan bis tidak seimbang dengan kecepatan mabuk. Terlalu pelan. Bahkan untuk ukuran di jalan tol. Tertawa saya ternyata agak mengganggu. Terlalu keras. What the heck... Tertawa lagi aja. Lebih keras. Minum lagi. Bakar lagi. Tidur.
Lima menit lagi nyampe di tempat acara saya bangun. "Anjing geus di bogor deui." Nyebrang jalan nenteng gitar muka gak karuan masuk venue. Ngantri pengen kencing. Check sound. Cari lagi minuman. Saya kagum melihat tempat Ide Gila itu. Keren. Rumah tua yang disulap jadi tempat distro, gallery, tempat workshop dan tentunya venue. Ada tempat makan juga disebelah. Sip! Nyapa sana-sini. Mabuk lagi. Ujan terlalu deras. Gig samar terdengar. Assusila maen pertama. Nunggu ujan reda tuk cari minuman lagi juga cari balon buat di stage nanti. Reda. Jalan.
Hey! ternyata ada eksebisi zine dan artwork juga. Ikutan ah... kebeneran bawa beberapa kolase saya. Minta perekatnya yah saya pengen ikutan nempelin. Nyebarin newsletter yang baru aja tadi pagi di perbanyak sebanyak 4.000 rupiah. Nitip di meja Food Not Bombs sambil tukeran newsletter sama yang jaga meja. Sialnya gak tukeran nomer telepon! Pake kerudung dengan baju FNB warna ungu bikin zine pula. Mmhhh... shit namanya lupa lagi!!!!! Ada salam dari Billy :) Beneran! Heu...
Abis S.O.P.S maen bagian band saya naik satage. Damn! anggur merahnya abis. Gapapalah. Beberapa temen nyiapin banner juga balon warna-warni. Dan memang konsep kontrasosial untuk di bogor ini adalah warna-warni. Saya pake baju warna merah, Ebi baju putih, Indra baju biru dan Kenji pake baju warna kuning dengan kacamata frame putihnya. Crowd penuh sesak. Badan mereka basah karena air hujan dan peluh keringat dansa. Siap semua. Mulai! Brutal anjirrr!!! Dansa mereka brutal. Lagu kedua tak habis selesai di perdendangkan karena si Kenji ketiban speaker monitor. Drum pun berhenti. Okeh sedikit wanti-wanti, mulai lagi!!! Baux naek, "Satu lagu lagi yah..." Oke! Lagu 'bikin sendiri jangan beli' disambung sama lagu '124'-nya meanwhile jadi penutup performance kita. Dan akhirnya jadi penutup keseluruhan acara itu. Karena polisi masuk dan meminta acara dihentikan dan semua bubar.
Hujan masih deras mengguyur bogor. Beneran kota hujan. Tapi saya gak nyangka bakal sederas itu. Ambil waktu untuk istirahat. Liat jam. Anjing! baru jam lima. Masih banyak band yang belum kebagian maen. Ngobrol-ngobrol ah... kesempatan untuk menjalin pertemanan yang meluas.
Hampir semua teman-teman saya udah masuk kedalam bis, yang mereka kira bakal langsung berangkat. Saya beresin dulu kolase saya yah. Kasih satu buat si Boker dan dia kasih sketsa wajah anak punk dia. Thank you!
Empat jam menunggu didalam bis yang sopirnya ngilang gak tau kemana. Shit! bisnya rusak dan kita gak bisa kemanamana karena hujan diluar masih teramat deras. Bakar ganjanya lagi. Beli minuman lagi. Tidur aja deh. Lagian dari kemaren malem saya gak tidur. Di bangunin sama si Ebi. Dia liatin makanan hasil mengutil di Alfamart. Laper juga. Dia juga berhasil mengutil mainan miniatur tentara yang kesemuanya berwarna ijo. "Buat lo." katanya. Asyiiikkkkk...
Jam sebelas lebih bis pengganti baru dateng, kita semua ganti bis sambil nyanyi-nyanyi karena tingkat kebosanan yang teramat sangat bosan. Bis melaju dengan lambat juga. Lewat puncak. Berhenti dulu salah seorang teman pengen muntah karena terlalu mabuk. Yang laen beli baso dulu. Saya terusin tidur saya di bis tadi. Lagian gada yang bisa diliat di puncak malem-malem kayak gini, hujan pula.
Bangun ketika bis berhenti di bawah jalan layang pasopati. Kenji turun disana. Yang laen juga. Saya turun di PI aja lah. Jam dua lebih dalam naungan sinar bulan mentaram dibawah pohon besar di PI, kepala masih hangover. Teman-teman yang lain masih menyiapkan diri untuk pulang. "Saya pulang duluan yah!" Naek angkot balik ke rumah saya bareng Indra, Ebi juga Iyus. Pasar deket rumah udah rame. Masuk rumah. Masuk kamar. Tidur. Besok saya kembali lagi pada rutinitas yang sama 'Gak Ada Kerjaan'.
Viva Penganggur!

WSHC STUDIOPARTY (14JANUARI2009)






Terbangun dalam keadaan tubuh yang ringkih, dimana saya masih merasakan pening di kepala, ampas dari mabuk alkohol semalam. Di kening masih terlihat jelas luka goresan, ampas dari pukulan orang yang terganggu oleh tertawa bahagia saya. Saya bergegas membasuh muka, mengenakan kembali celana jeans rombeng itu, yang penuh dengan kotoran tanah dan darah dari delapan jahitan sobeknya bibir si aji. Saya menaiki angkot menuju rumah, setelah berpamitan pada para sahabat saya. "Sampai jumpa nanti jam enam di studio yah..."

Baru saja saya melepaskan semua baju kotor itu, salah satu sahabat saya datang dan memberi tahu kalo beberapa band yang seyogyanya berpartisipasi di acara WSHC STUDIOPARTY -yang saya dan beberapa sahabat saya rencanakan empat hari sebelumnya- udah pada datang dan menunggu di studio tempat acara. Saya melongok lingkaran jam. "Anjing udah jam lima!". Ngeprint beberapa lembar kertas yang saya rencanakan untuk jadi 'matra' diatas background merah peredam suara studio. Mandi seadanya (karena sudah lima hari kemarin saya tidak membasuh badan, terkecuali muka), langsung cabut ke studio yang memang tidak terlalu jauh dari rumah saya. Memberi salam jumpa seadanya pada beberapa sahabat saya yang juga berpartisipasi dalam acara ini. Saya langsung menyibukkan diri dengan berusaha menyusun huruf-huruf yang sebelumnya saya print di rumah. Berusaha memasang banner acara (yang pada akhirnya gagal juga setelah menghabiskan tiga jenis rol solatip). Memasang lampu-lampu natal seadanya. Sahabat saya yang lain sedang menentukan rundown band yang akan tampil.

Jam tujuh sudah lewat. Band pengisi pertama belum juga datang. Akhirnya REVENGE mengisi kekosongan itu dengan lagu-lagu anthemic oldskool hardcorenya. SARCAZZTIC DEATH tidak membiarkan kekosongan setelah band tadi selesai main, lagu-lagu thrash digeber oleh mereka. Jadwal tampil sudah acak-acakan seluruhnya. But thats fine. TRAGEDI mengambil alih tempat, nuskool hardcore dengan sentuhan metal, whatta great mix! Musik d-beat crust dari KONTRASOSIAL menyesakan ruangan studio yang kurang lebih lima kali lima meter itu. "We're Back" lagu pertama dari TAKE A STAND membuka penampilan mereka untuk selama duapuluh menit kedepan. Setelah para penikmat yang hadir disana mengambil udara segar hanya untuk sesaat, ketukan grind yang tiba-tiba menghajar telinga mereka oleh TERROR OF DYNAMITE ATTACK. Tulisan "Wilujeng Bonge!!!" yang di pasang di pintu masuk, bukan peringatan main-main ternyata :D. OFFERING CRIME lalu datang tidak menawarkan kejahatan, tapi mereka memberikan musik hardcore. Saya tidak terlalu menyimak mereka, karena saya lagi sibuk meminta anggur merah dan alprazolam lainnya kepada sahabat saya yang sedang merayakan pengulangan tahun tanggal hari kelahirannya. Satu botol anggur merah sudah di tangan saya. BLOOD OUT ternyata sudah meneriakan beberapa lagu mereka didalam. Hardcore dengan adrenalin vandalis skateboard. Berikutnya UNITED NEIGHBORHOOD memekakan telinga saya dan membuat rambut di kepala ini terus bergerak kedepan dan kebelakang seirama ketukan hardcore dengan sentuhan deathmetal. I will absofuckinglutely waiting for their demo! Mimik si empunya studio sudah menandakan acara ini harus dihentikan. Acara itu ditutup dengan penampilan jejeran efek delay, chorus, dan flanger yang berlebih. BERHALA menyuguhkan bebunyian drone tanpa ketukan, hanya teriakan yang berulang dari frekuensi delay yang berlebih. Some were shock, some were amaze, some were laughing, everybody contribute, everybody has their own fun.

Hampir kesemua orang yang berpartisipasi dari awal belum beranjak dari studio tempat acara, bukan karena hujan yang memang turun sedari tadi sore, tapi kita masih berbincang tentang segala hal, hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan musik hardcore, punk, grind ataupun metal, karena persahabatan lebih dari bahasa universal, seperti apa yang kaum intelektual sebut bagi musik :P Manusia terlebih dahulu belajar untuk mengetahui sahabat dan musuh, jauh sebelum mereka belajar mengerti siapa itu The Beatles ataupun Sex Pistols...

Perut mulai terisi setelah tiga hari kemarin saya tak menemukan nasi. Dua botol bir hitam dan vodka royal club kesukaan sahabat saya menemani peristirahatan tubuh ringkih ini di malam itu. Saya balik ke rumah pukul setengah tiga disaat hujan masih meneteskan keceriaannya, mengindahkan ajakan sahabat saya untuk membakar beberapa linting ganja. Saya benar-benar butuh istirahat. Tunggu tubuh ini segar kembali, saya akan kembali menggila dan masih tetap akanberisik. Apabila si aji masih terganggu oleh kebisingan suara tertawa bahagia saya, tunggu! Saya janji bakal tambah jahitan kamu! Bisa di bibir atupun di perut kamu!!! Karena semua manusia pasti mati, mau berantem ataupun tidak kita pasti akan mati. Dan saya sudah memilih surga saya sendiri. Bagaimana dengan kamu sahabat saya pembaca tulisan ini???




-anjingliar-

LIBERTAD FEST II (JANUARI 2009)






Digerakkannya kaki dan tubuh oleh sahabat saya membuat saya terbangun dari durasi tidur satu jam di ruang-ruang toko jalan lengkong yang saya dan beberapa sahabat saya gunakan untuk menumpang tidur setelah semalam, sesudah membantu para sahabat saya membuat banner untuk acara LibertadFest II nanti siang di cikole, beberapa botol whiskey, beer dan percakapan ringan penambah wawasan menemani saya dan para sahabat saya di pinggiran jalan tempat biasa kami berkumpul. Rasa bubur yang saya makan sebelum tidur tadi masih menempel di langit-langit mulut, dan dari lidah masih tercium bau alkohol. Setelah beberapa peralatan audio yang seyogyangya akan kami gunakan di cikole naik ke atas mobil, saya dan beberapa sahabat saya berusaha untuk mendapatkan tempat diantara tumpukan alat audio itu dan mencoba memejamkan mata kembali, walaupun saya merasa kesal karena emblem pyratepunx di softcase gitar saya ada yang sengaja mencopotnya, padahal saya sudah menjahitnya dengan 'rapih'. Ah, barangkali karena saya belum membayar emblem seharga sepuluhribu itu, jadi orang yang punya lebih berhak mencopotnya kembali. But that's fine karena saya masih punya patches yang lain di rumah, dan mata saya benar-benar mengantuk, jadi buat apa dipikirin juga.

Sinar matahari di pukul setengah tujuh jum'at pagi itu terasa terlalu panas untuk kepala saya yang masih dalam keadaan hangover dan rasa kantuk yang tak tertahankan membuat mata saya kembali sebentar terpejam. Sebentar... karena tak lama dari itu saya bangun lagi untuk bersama-sama mengangkut mesin genset limaribu watt yang sangat tampak tidak terawat. Setelah dengan susah payahnya kami mengangkat genset keatas mobil, saya dan para sahabat saya yang tampak sama dalam keadaan hangover dan lelah, mengisi perut dengan bakso cuanki. Perjalanan yang masih jauh dan mendaki, juga beban yang berlebih dari kapasitas maksimal mobil yang kami tumpangi membuat kita harus berhenti beberapa kali pada tanjakkan yang terlalu tinggi. Pukul sembilan kami mencapai tempat yang dituju, diantara tingginya pohon pinus dan lebatnya semak belukar kami menyusun alat dan tempat untuk gig nanti. Sementara menunggu alat dan sahabat lain datang, saya tertidur lagi di atas tebalnya alas dari spanduk pemilu yang sebelumnya para sahabat saya curi. Ketika bangun, alat sudah terpasang, tenda pleton juga berdiri tegap dan semua sudah bersiap.

Beberapa sahabat yang membawa tenda sendiri masih berusaha mendirikan tendanya, sementara yang lain masih mencari tempat yang cocok untuk tendanya berdiri. Saya meminum kopi. Genset meyala, dan tanpa menunggu kehadiran siapa-siapa TURTLES JR. membuka gig Libertad Fest II itu. Mereka bermain penuh semangat walaupun yang menyaksikan hanya beberapa sahabat. Beberapa band yang seyogyanya mengisi gig hasil organisiran bandung pyratepunx itu belum datang. SANFRANSKINS langsung mencuri waktu di sore itu. Irama Oi! dimainkan mereka. Diakhir list lagu, mereka membawakan lagu "My Baby So Far Away", ternyata mereka mengcover lagu "Boga Kabogoh Jauh" yang sangat familiar ditelinga orang bandung seperti kami. Seperti logo band mereka pada bannernya, mereka membagi-bagikan racikan mushroom crispy kepada siapa saja yang ada disana, termasuk saya :D Dalam keadaan terinfeksi magic mushroom tai sapi, saya berusaha menyimak band R.O.B bermain, full speed punk datang dengan warna-warna cerah dan gerak pohon pinus yang mengikuti irama, tampaknya efek mushroom mulai terasa...hahaha... Malam mulai datang disertai dengan hujan yang biasa membasahi setiap awal tahun baru cina. Genset mulai membuat ulah, dia tidak memberikan seluruh tenaganya. Tampaknya si genset kesal dengan jarang digunakannya dia selama empat tahun kebelakang. Diantara listrik yang datang dan pergi dan datang lagi dan pergi lagi dan begitu sepanjang malam, KONTRASOSIAL memainkan d-beat crust punk terror mereka. Dalam guyuran hujan mereka menguras tenaga para penikmat lantai dansa dan tentu juga menguras tenaga si genset. SUBCHAOS lalu menyerang lagi dengan crustcore-nya yang bertubi-tubi saling cepat dengan tenaga genset yang kadang mati sendiri. Para pedansa pun tidak ragu untuk tiarap di kubangan lumpur. Tanpa mengindahkan tantangan dari alam dan listrik, DISLAW mengambil alih komando medan perang. Mereka meluncurkan tembakan RPG ketukan street punk dengan brutalnya. Bukan saja hanya para pedansa yang semakin merunduk dalam lumpur, genset pun terkena serangan mereka dan mati, tak mau hidup lagi. Dengan situasi listrik yang naik turun, para pengorganisir gig memutuskan untuk memberhentikan acara sebentar, sementara genset dibenarkan (yang kayaknya ngadat terkena air hujan). Namun hujan tak mau mereda. Beberapa orang memutuskan untuk pulang di tengah derasnya hujan, karena tampaknya untuk malam ini acara takkan bisa bertahan. Saya mulai mencari perlindungan pada tenda dan perlindungan pada kadar alkohol dan hisapan ganja untuk sekedar menghangatkan tubuh...hehehe...Wae! padahalmah hayang mabok weh...

Tengah malam hujan mulai reda. Alkohol yang kami teguk berlebih, juga ganja yang kami hisap bersama mulai bereaksi dengan liarnya. Kami membutuhkan bebunyian. Dengan resiko setiap duapuluh menit sekali listrik bakal mati, dan seseorang harus menarik tali tuas genset dengan penuh tenaga, beberapa sahabat saya menghangatkan malam dengan bersenandung bersama dan menggerakkan badan untuk terhindar dari dinginnya kabut pegunungan. Sayapun turut serta dalam keliaran itu. Ternyata keliaran gerak ritmik tubuh yang tidak beraturan dan teriakan suara-suara fals selama beberapa jam dan beberapa balikan harus menyalakan genset itu tidak mengalahkan kekuatan kabut dan embun dingin pegunungan. Saya mencari posisi untuk berbaring, dan tertidur hangat dalam balutan sleeping bag yang saya pinjam dari sahabat saya. Sementara suara sahabat yang lain masih berteriak meminta keliaran lagi yang berlebih.

Suara kick drum dan feedback tajam dari distorsi gitar membangunkan saya. Beberapa teman saya sudah memulai jam session mereka, sambil mencoba memanaskan genset yang sudah diberi oli mesin dan bensin. Saya kembali mencari kopi. Tahu, tempe dan nasi liwet dengan bumbu ala punk piknik :D yang dimasak bersama didapur umum cukup untuk mengganjal perut dipagi ini. Jam session ugal-ugalan mencoba membawakan lagu-lagu dari band para sahabat. KEPARAT dengan hanya dua personil membuka lagi gig dihari kedua. Beberapa tembang mereka mainkan sambil menghapal riff (karena mereka sudah sangat jarang pisan maen), namun penampilan mereka yang tidak direncanakan tetap terjaga. WAVE OF FEAR lalu hadir setelah beberapa tegukan berbotol-botol alkohol. D-beat dengan sentuhan riff black metal semakin menebalkan embun yang turun di siang itu. Kelembaban cuaca lagi-lagi menurunkan tenaga genset, namun TERROR OF DYNAMITE ATTACK tidak menyia-nyiakan ketidak beradaan listrik itu, sambil menunggu listrik hidup kembali mereka menyiapkan equipment. Mereka menebar teror mincecore di hutan pinus ini. Disela-sela pergantian band, saya kembali mendapatkan jamur dari tai sapi itu. Namun belum sempat jamur itu bereaksi saya kembali dihajar oleh ketukan grindmetalpunk dari ERROR BRAIN. "Minum sampai mabuk, mabuk sampai muntah" potongan lirik itu jadi tembang pemberi semangat untuk meminum lagi arak. Hujan mulai turun dengan deras, dan generator terpaksa harus dimatikan. Dalam jaket palka yang saya pinjam dari seorang sahabat, saya melihat hujan yang dengan gemulai turun bersama percikan warna-warna yang mengasikan. Botol dan lintingan ganja tak berhenti berpindah tangan. Saya menari sendirian di tengah hujan dimana listrik masih setengah-setengah menghadirkan dayanya. Dalam keadaan mabuk, saya mengajak salah satu sahabat saya yang kebetulan membawa groove box untuk jamming. Beat disko progressive dengan balutan suara ambience efek angin yang muncul dari sela-sela batang pohon pinus bersahutan dengan sumpah serapah saya, yang saya sendiri tidak paham akan artinya...hahaha... Namun hujan tak kunjung henti. Saya mulai merasa dehidrasi. Jam session spoken words dari open mic itupun berhenti. Kerasnya suara ketawa saya tiba-tiba diredam dengan suara ketukan drum dan distorsi gitar dari TCUKIMAY yang bermain dengan kondisi listrik yang naik turun. Lagu-lagu anthemic punk mereka balut dengan riff thrashmetal. Tak lama dari itu ketukan hardcorepunk dari JERUJI menambah daya gerak tubuh dan tangan saya untuk lebih tidak teratur. Saya terlalu mabuk. Benar-benar mabuk. Bahkan saya melewatkan penampilan dari ZRAMBAH. Saya menikmati hujan dan pandangan pohon pinus yang menjadi tangga yang menjulang tinggi entah berakhir dimana. Saya benar-benar mabuk.

Pandangan tangga itu mulai menghilang dengan hadirnya malam dan setelah perut mulai terisi dengan rebusan mie instant setengah matang. Salah seorang sahabat menanyakan untuk meminjam gitar, itu berarti gig akan dimulai lagi, yeah!!! daripada hanya duduk diam kedinginan di dalam tenda yang penuh sesak berbagi tempat dengan kompor gas hasil kebijakan pemerintah untuk konversi dari minyak tanah ke gas 5 kilogram yang gagal total, saya kembali bergerak tak beraturan mengikuti irama ketukan punk dari KRASS KEPALA. Para penikmat lantai dansa tidak mengindahkan tebalnya lumpur di sepatu atau bahkan di baju celana mereka, bahkan ampli sound gitar rubuh dengan desakan dari gerakan liar penikmat musik. Hujan masih deras, tapi para organisator dan relawan gig Libertad Fest II di Cikole itu melanjutkan acara. ARACHISM menendang lagi telinga pemuja ketukan punk. Mereka membawakan lagu-lagu dari The Exploited dan Tragedy. Hujan memang tak kunjung berhenti, tapi JARI TENGAH mengambil tempat setelah band sebelumnya berakhir. Dengan persiapan cepat, dan performa crustpunk yang cepat juga, mereka menghiraukan tetesan hujan. Penikmat dansa dimanjakan dengan semakin basah dan licinnya lumpur. Lalu hadirlah para personil dari ASSUSILA dan mereka bermain di daerah kekuasaan grindpunk dibawah kekuasaan hujan dan generator yang kembali ngadat. Grindpunk mereka, membuat orang yang hadir disana (mungkin) merasakan seperti tinggal dalam tenda pengungsian perang, seperti di gaza. Suara tembakan dan jeritan yang kami dengar bukanlah dari para korban yang meninggal, namun suara ketukan hypercan dan jeritan kekecewaan juga jeritan tertawa tenda sebelah yang lagi membakar ganja. Listrik tiba-tiba padam lagi, generator sudah bener-bener ngamuk. Angin dingin yang kencang datang menyusul hujan yang tak berhenti. Hampir semua orang berusaha mencari posisi untuk tidur atau sekedar menghangatkan badan lalu tertidur.

Saya masih belum mau acara ini berakhir. "Baru juga jam sepuluh" sahabat saya menjawab ketika saya tanya. Saya dengan beberapa sahabat saya kembali menyalakan generator dan menyalakan file lagu di mp3 player sahabat saya, sahabat saya yang lain menabuh drum mengikuti irama dari lagu yang mengalir dari mp3 ke mixer lalu keluar dari sound monitor kiri dan kanan. Disana saya hanya teriak-teriak tak karuan. Terlebih generator tidak mau nyala lagi. Jadi hanya suara drum dan teriakan saya untuk mencoba menghangatkan malam. Saya coba sahut satu per satu tenda yang ada disana. Hanya ada satu tenda yang menyahut. Tenda dapur! Kami mendatangi tenda dapur, dan ternyata didalam sana beberapa sahabat saya masih punya minuman alkohol dan beberapa lintingan ganja dan satu bungkus lagi jamur crispy. Karena cuaca yang beneran dingin (aslina tiris pisaaannn!!!) kita ngobrol-ngobrol di dalam tenda yang dikelilingi oleh lilin. Obrolannya ringan, kayak curhat gitulah, tapi jadi nyambung ke persoalan agama, budaya, negara dan tentu saja cinta. Obrolan itu sangat menarik, dan bahkan beberapa teman yang tadi tidur kini ikut bergabung dalam sharing pengalaman, pengalaman apa saja. Setelah angin mulai berhenti, kita keluar dari tenda untuk jamming lagi, berusaha membangunkan para sahabat yang sudah sedari awal hujan tadi tidur. Saya menjadi sukarelawan untuk pergi menyalakan generator (padahal saya nggak ngerti tentang listrik atupun mesin) setengah jam saya diam di dekat generator bingung apa yang harus saya lakukan. Namun akhirnya nyala juga setelah sahabat saya datang dan bilang "Euh... moal hurung hurung atuh... da tombol 'on' na ge can di pencet..." Hahahahahaaa... goblok saya udah capek dari tadi narikin tuas tali itu padahal masalahnya ada di satu tombol doang!!! Sahabat saya mengambil gitar menyalakan amplifier dan menyanyikan lagu-lagu patah hati melayu. Malam itu sangatlah sendu. Nggak ada rokok tersisa, nggak ada makanan, yang ada hanya satu botol wishkey. Akhirnya kita mencari sisa-sisa makanan kemarin di tiap tenda. Saya mendapatkan telur, sahabat saya menemukan mie instant yang hanya habis setengah, yang lain menemukan wortel, kol dan terigu. Adonan itu akhirnya berhasil kami racik menjadi gorengan ala punk :D dan rasanya enak-enak aja walaupun airnya dari air hujan dan wortel yang ditemukan masih kotor. Beberapa sahabat saya sudah tidak bisa lagi menahan kantuknya. Ada yang langsung pulang, ada yang bertahan, masih banyak yang tidur kedinginan. Sayapun mencari ke sekeliling area mencari tempat yang kering untuk tidur. Nggak ada, kalaupun ada, sudah pasti ada yang nempatin. Akhirnya saya dan beberapa sahabat saya memilih untuk tidur di belakang perangkat audio dan drum. Ketiga sahabat saya sudah berbaring dan nampaknya langsung tertidur. Saya masih mencari alas, Tapi nggak nemu alas yang kering. Saya berusaha berbaring dekat teman saya dengan hanya menggunakan jaket palka.

Sebentar saja terlelap saya terbangun lagi dengan hadirnya suara para sahabat saya yang lain yang tampaknya semalam mereka bisa tidur nyenyak. Saya mendekati perapian, menghangatkan tubuh basah ini. Salah satu sahabat saya sebentar lagi bakal pulang duluan, saya menanyakan padanya satu tempat tebengan. "Milu weh jeung urang" katanya. Setelah membereskan dan mengangkut beberapa alat yang terlihat kotor penuh lumpur kedalam mobil. Saya meninggalkan beberapa teman saya yang masih ada di cikole. Saya lelah sekali pisaaannn. Di simpang dago saya turun dari mobil tebengan sahabat saya. Naek angkot, ngasih ongkos (uang terakhir) dua ribu rupiah, tapi sopir angkotnya langsung cabut tanpa ngasih duit kembalian. Ah sial!!! Sepatu penuh lumpur dan kotoran, celana menjadi warna tanah, jaket udah nggak pantes lagi di sebut jaket. Melihat penampilan saya, sepanjang jalan gang masuk rumah saya ditanyai abis dari mana? "Kemping bu...hehe..." jawab saya seadanya. Saya pengen cepet-cepet masuk ke rumah. Makan, mandi, cuci sepatu, tidur..............Terbangun pukul empat lebih limebelas waktu indonesia bagian barat karena sahabat menelepon, menanyakan padaku ini itu pada saya.

Kini saya tidak bisa memejamkan mata lagi. Walaupun badan terasa sangat lelah dan zolmia pemberian sahabat saya itu udah saya telan namun kelopak mata ini ingin saja terbuka dan saya masih ingin berceritera tentang beberapa hari kemarin, dari sudut pandang saya dong tentunyah....wew... :P

-anjingliar-