Sabtu, 07 November 2009

LIBERTAD FEST II (JANUARI 2009)






Digerakkannya kaki dan tubuh oleh sahabat saya membuat saya terbangun dari durasi tidur satu jam di ruang-ruang toko jalan lengkong yang saya dan beberapa sahabat saya gunakan untuk menumpang tidur setelah semalam, sesudah membantu para sahabat saya membuat banner untuk acara LibertadFest II nanti siang di cikole, beberapa botol whiskey, beer dan percakapan ringan penambah wawasan menemani saya dan para sahabat saya di pinggiran jalan tempat biasa kami berkumpul. Rasa bubur yang saya makan sebelum tidur tadi masih menempel di langit-langit mulut, dan dari lidah masih tercium bau alkohol. Setelah beberapa peralatan audio yang seyogyangya akan kami gunakan di cikole naik ke atas mobil, saya dan beberapa sahabat saya berusaha untuk mendapatkan tempat diantara tumpukan alat audio itu dan mencoba memejamkan mata kembali, walaupun saya merasa kesal karena emblem pyratepunx di softcase gitar saya ada yang sengaja mencopotnya, padahal saya sudah menjahitnya dengan 'rapih'. Ah, barangkali karena saya belum membayar emblem seharga sepuluhribu itu, jadi orang yang punya lebih berhak mencopotnya kembali. But that's fine karena saya masih punya patches yang lain di rumah, dan mata saya benar-benar mengantuk, jadi buat apa dipikirin juga.

Sinar matahari di pukul setengah tujuh jum'at pagi itu terasa terlalu panas untuk kepala saya yang masih dalam keadaan hangover dan rasa kantuk yang tak tertahankan membuat mata saya kembali sebentar terpejam. Sebentar... karena tak lama dari itu saya bangun lagi untuk bersama-sama mengangkut mesin genset limaribu watt yang sangat tampak tidak terawat. Setelah dengan susah payahnya kami mengangkat genset keatas mobil, saya dan para sahabat saya yang tampak sama dalam keadaan hangover dan lelah, mengisi perut dengan bakso cuanki. Perjalanan yang masih jauh dan mendaki, juga beban yang berlebih dari kapasitas maksimal mobil yang kami tumpangi membuat kita harus berhenti beberapa kali pada tanjakkan yang terlalu tinggi. Pukul sembilan kami mencapai tempat yang dituju, diantara tingginya pohon pinus dan lebatnya semak belukar kami menyusun alat dan tempat untuk gig nanti. Sementara menunggu alat dan sahabat lain datang, saya tertidur lagi di atas tebalnya alas dari spanduk pemilu yang sebelumnya para sahabat saya curi. Ketika bangun, alat sudah terpasang, tenda pleton juga berdiri tegap dan semua sudah bersiap.

Beberapa sahabat yang membawa tenda sendiri masih berusaha mendirikan tendanya, sementara yang lain masih mencari tempat yang cocok untuk tendanya berdiri. Saya meminum kopi. Genset meyala, dan tanpa menunggu kehadiran siapa-siapa TURTLES JR. membuka gig Libertad Fest II itu. Mereka bermain penuh semangat walaupun yang menyaksikan hanya beberapa sahabat. Beberapa band yang seyogyanya mengisi gig hasil organisiran bandung pyratepunx itu belum datang. SANFRANSKINS langsung mencuri waktu di sore itu. Irama Oi! dimainkan mereka. Diakhir list lagu, mereka membawakan lagu "My Baby So Far Away", ternyata mereka mengcover lagu "Boga Kabogoh Jauh" yang sangat familiar ditelinga orang bandung seperti kami. Seperti logo band mereka pada bannernya, mereka membagi-bagikan racikan mushroom crispy kepada siapa saja yang ada disana, termasuk saya :D Dalam keadaan terinfeksi magic mushroom tai sapi, saya berusaha menyimak band R.O.B bermain, full speed punk datang dengan warna-warna cerah dan gerak pohon pinus yang mengikuti irama, tampaknya efek mushroom mulai terasa...hahaha... Malam mulai datang disertai dengan hujan yang biasa membasahi setiap awal tahun baru cina. Genset mulai membuat ulah, dia tidak memberikan seluruh tenaganya. Tampaknya si genset kesal dengan jarang digunakannya dia selama empat tahun kebelakang. Diantara listrik yang datang dan pergi dan datang lagi dan pergi lagi dan begitu sepanjang malam, KONTRASOSIAL memainkan d-beat crust punk terror mereka. Dalam guyuran hujan mereka menguras tenaga para penikmat lantai dansa dan tentu juga menguras tenaga si genset. SUBCHAOS lalu menyerang lagi dengan crustcore-nya yang bertubi-tubi saling cepat dengan tenaga genset yang kadang mati sendiri. Para pedansa pun tidak ragu untuk tiarap di kubangan lumpur. Tanpa mengindahkan tantangan dari alam dan listrik, DISLAW mengambil alih komando medan perang. Mereka meluncurkan tembakan RPG ketukan street punk dengan brutalnya. Bukan saja hanya para pedansa yang semakin merunduk dalam lumpur, genset pun terkena serangan mereka dan mati, tak mau hidup lagi. Dengan situasi listrik yang naik turun, para pengorganisir gig memutuskan untuk memberhentikan acara sebentar, sementara genset dibenarkan (yang kayaknya ngadat terkena air hujan). Namun hujan tak mau mereda. Beberapa orang memutuskan untuk pulang di tengah derasnya hujan, karena tampaknya untuk malam ini acara takkan bisa bertahan. Saya mulai mencari perlindungan pada tenda dan perlindungan pada kadar alkohol dan hisapan ganja untuk sekedar menghangatkan tubuh...hehehe...Wae! padahalmah hayang mabok weh...

Tengah malam hujan mulai reda. Alkohol yang kami teguk berlebih, juga ganja yang kami hisap bersama mulai bereaksi dengan liarnya. Kami membutuhkan bebunyian. Dengan resiko setiap duapuluh menit sekali listrik bakal mati, dan seseorang harus menarik tali tuas genset dengan penuh tenaga, beberapa sahabat saya menghangatkan malam dengan bersenandung bersama dan menggerakkan badan untuk terhindar dari dinginnya kabut pegunungan. Sayapun turut serta dalam keliaran itu. Ternyata keliaran gerak ritmik tubuh yang tidak beraturan dan teriakan suara-suara fals selama beberapa jam dan beberapa balikan harus menyalakan genset itu tidak mengalahkan kekuatan kabut dan embun dingin pegunungan. Saya mencari posisi untuk berbaring, dan tertidur hangat dalam balutan sleeping bag yang saya pinjam dari sahabat saya. Sementara suara sahabat yang lain masih berteriak meminta keliaran lagi yang berlebih.

Suara kick drum dan feedback tajam dari distorsi gitar membangunkan saya. Beberapa teman saya sudah memulai jam session mereka, sambil mencoba memanaskan genset yang sudah diberi oli mesin dan bensin. Saya kembali mencari kopi. Tahu, tempe dan nasi liwet dengan bumbu ala punk piknik :D yang dimasak bersama didapur umum cukup untuk mengganjal perut dipagi ini. Jam session ugal-ugalan mencoba membawakan lagu-lagu dari band para sahabat. KEPARAT dengan hanya dua personil membuka lagi gig dihari kedua. Beberapa tembang mereka mainkan sambil menghapal riff (karena mereka sudah sangat jarang pisan maen), namun penampilan mereka yang tidak direncanakan tetap terjaga. WAVE OF FEAR lalu hadir setelah beberapa tegukan berbotol-botol alkohol. D-beat dengan sentuhan riff black metal semakin menebalkan embun yang turun di siang itu. Kelembaban cuaca lagi-lagi menurunkan tenaga genset, namun TERROR OF DYNAMITE ATTACK tidak menyia-nyiakan ketidak beradaan listrik itu, sambil menunggu listrik hidup kembali mereka menyiapkan equipment. Mereka menebar teror mincecore di hutan pinus ini. Disela-sela pergantian band, saya kembali mendapatkan jamur dari tai sapi itu. Namun belum sempat jamur itu bereaksi saya kembali dihajar oleh ketukan grindmetalpunk dari ERROR BRAIN. "Minum sampai mabuk, mabuk sampai muntah" potongan lirik itu jadi tembang pemberi semangat untuk meminum lagi arak. Hujan mulai turun dengan deras, dan generator terpaksa harus dimatikan. Dalam jaket palka yang saya pinjam dari seorang sahabat, saya melihat hujan yang dengan gemulai turun bersama percikan warna-warna yang mengasikan. Botol dan lintingan ganja tak berhenti berpindah tangan. Saya menari sendirian di tengah hujan dimana listrik masih setengah-setengah menghadirkan dayanya. Dalam keadaan mabuk, saya mengajak salah satu sahabat saya yang kebetulan membawa groove box untuk jamming. Beat disko progressive dengan balutan suara ambience efek angin yang muncul dari sela-sela batang pohon pinus bersahutan dengan sumpah serapah saya, yang saya sendiri tidak paham akan artinya...hahaha... Namun hujan tak kunjung henti. Saya mulai merasa dehidrasi. Jam session spoken words dari open mic itupun berhenti. Kerasnya suara ketawa saya tiba-tiba diredam dengan suara ketukan drum dan distorsi gitar dari TCUKIMAY yang bermain dengan kondisi listrik yang naik turun. Lagu-lagu anthemic punk mereka balut dengan riff thrashmetal. Tak lama dari itu ketukan hardcorepunk dari JERUJI menambah daya gerak tubuh dan tangan saya untuk lebih tidak teratur. Saya terlalu mabuk. Benar-benar mabuk. Bahkan saya melewatkan penampilan dari ZRAMBAH. Saya menikmati hujan dan pandangan pohon pinus yang menjadi tangga yang menjulang tinggi entah berakhir dimana. Saya benar-benar mabuk.

Pandangan tangga itu mulai menghilang dengan hadirnya malam dan setelah perut mulai terisi dengan rebusan mie instant setengah matang. Salah seorang sahabat menanyakan untuk meminjam gitar, itu berarti gig akan dimulai lagi, yeah!!! daripada hanya duduk diam kedinginan di dalam tenda yang penuh sesak berbagi tempat dengan kompor gas hasil kebijakan pemerintah untuk konversi dari minyak tanah ke gas 5 kilogram yang gagal total, saya kembali bergerak tak beraturan mengikuti irama ketukan punk dari KRASS KEPALA. Para penikmat lantai dansa tidak mengindahkan tebalnya lumpur di sepatu atau bahkan di baju celana mereka, bahkan ampli sound gitar rubuh dengan desakan dari gerakan liar penikmat musik. Hujan masih deras, tapi para organisator dan relawan gig Libertad Fest II di Cikole itu melanjutkan acara. ARACHISM menendang lagi telinga pemuja ketukan punk. Mereka membawakan lagu-lagu dari The Exploited dan Tragedy. Hujan memang tak kunjung berhenti, tapi JARI TENGAH mengambil tempat setelah band sebelumnya berakhir. Dengan persiapan cepat, dan performa crustpunk yang cepat juga, mereka menghiraukan tetesan hujan. Penikmat dansa dimanjakan dengan semakin basah dan licinnya lumpur. Lalu hadirlah para personil dari ASSUSILA dan mereka bermain di daerah kekuasaan grindpunk dibawah kekuasaan hujan dan generator yang kembali ngadat. Grindpunk mereka, membuat orang yang hadir disana (mungkin) merasakan seperti tinggal dalam tenda pengungsian perang, seperti di gaza. Suara tembakan dan jeritan yang kami dengar bukanlah dari para korban yang meninggal, namun suara ketukan hypercan dan jeritan kekecewaan juga jeritan tertawa tenda sebelah yang lagi membakar ganja. Listrik tiba-tiba padam lagi, generator sudah bener-bener ngamuk. Angin dingin yang kencang datang menyusul hujan yang tak berhenti. Hampir semua orang berusaha mencari posisi untuk tidur atau sekedar menghangatkan badan lalu tertidur.

Saya masih belum mau acara ini berakhir. "Baru juga jam sepuluh" sahabat saya menjawab ketika saya tanya. Saya dengan beberapa sahabat saya kembali menyalakan generator dan menyalakan file lagu di mp3 player sahabat saya, sahabat saya yang lain menabuh drum mengikuti irama dari lagu yang mengalir dari mp3 ke mixer lalu keluar dari sound monitor kiri dan kanan. Disana saya hanya teriak-teriak tak karuan. Terlebih generator tidak mau nyala lagi. Jadi hanya suara drum dan teriakan saya untuk mencoba menghangatkan malam. Saya coba sahut satu per satu tenda yang ada disana. Hanya ada satu tenda yang menyahut. Tenda dapur! Kami mendatangi tenda dapur, dan ternyata didalam sana beberapa sahabat saya masih punya minuman alkohol dan beberapa lintingan ganja dan satu bungkus lagi jamur crispy. Karena cuaca yang beneran dingin (aslina tiris pisaaannn!!!) kita ngobrol-ngobrol di dalam tenda yang dikelilingi oleh lilin. Obrolannya ringan, kayak curhat gitulah, tapi jadi nyambung ke persoalan agama, budaya, negara dan tentu saja cinta. Obrolan itu sangat menarik, dan bahkan beberapa teman yang tadi tidur kini ikut bergabung dalam sharing pengalaman, pengalaman apa saja. Setelah angin mulai berhenti, kita keluar dari tenda untuk jamming lagi, berusaha membangunkan para sahabat yang sudah sedari awal hujan tadi tidur. Saya menjadi sukarelawan untuk pergi menyalakan generator (padahal saya nggak ngerti tentang listrik atupun mesin) setengah jam saya diam di dekat generator bingung apa yang harus saya lakukan. Namun akhirnya nyala juga setelah sahabat saya datang dan bilang "Euh... moal hurung hurung atuh... da tombol 'on' na ge can di pencet..." Hahahahahaaa... goblok saya udah capek dari tadi narikin tuas tali itu padahal masalahnya ada di satu tombol doang!!! Sahabat saya mengambil gitar menyalakan amplifier dan menyanyikan lagu-lagu patah hati melayu. Malam itu sangatlah sendu. Nggak ada rokok tersisa, nggak ada makanan, yang ada hanya satu botol wishkey. Akhirnya kita mencari sisa-sisa makanan kemarin di tiap tenda. Saya mendapatkan telur, sahabat saya menemukan mie instant yang hanya habis setengah, yang lain menemukan wortel, kol dan terigu. Adonan itu akhirnya berhasil kami racik menjadi gorengan ala punk :D dan rasanya enak-enak aja walaupun airnya dari air hujan dan wortel yang ditemukan masih kotor. Beberapa sahabat saya sudah tidak bisa lagi menahan kantuknya. Ada yang langsung pulang, ada yang bertahan, masih banyak yang tidur kedinginan. Sayapun mencari ke sekeliling area mencari tempat yang kering untuk tidur. Nggak ada, kalaupun ada, sudah pasti ada yang nempatin. Akhirnya saya dan beberapa sahabat saya memilih untuk tidur di belakang perangkat audio dan drum. Ketiga sahabat saya sudah berbaring dan nampaknya langsung tertidur. Saya masih mencari alas, Tapi nggak nemu alas yang kering. Saya berusaha berbaring dekat teman saya dengan hanya menggunakan jaket palka.

Sebentar saja terlelap saya terbangun lagi dengan hadirnya suara para sahabat saya yang lain yang tampaknya semalam mereka bisa tidur nyenyak. Saya mendekati perapian, menghangatkan tubuh basah ini. Salah satu sahabat saya sebentar lagi bakal pulang duluan, saya menanyakan padanya satu tempat tebengan. "Milu weh jeung urang" katanya. Setelah membereskan dan mengangkut beberapa alat yang terlihat kotor penuh lumpur kedalam mobil. Saya meninggalkan beberapa teman saya yang masih ada di cikole. Saya lelah sekali pisaaannn. Di simpang dago saya turun dari mobil tebengan sahabat saya. Naek angkot, ngasih ongkos (uang terakhir) dua ribu rupiah, tapi sopir angkotnya langsung cabut tanpa ngasih duit kembalian. Ah sial!!! Sepatu penuh lumpur dan kotoran, celana menjadi warna tanah, jaket udah nggak pantes lagi di sebut jaket. Melihat penampilan saya, sepanjang jalan gang masuk rumah saya ditanyai abis dari mana? "Kemping bu...hehe..." jawab saya seadanya. Saya pengen cepet-cepet masuk ke rumah. Makan, mandi, cuci sepatu, tidur..............Terbangun pukul empat lebih limebelas waktu indonesia bagian barat karena sahabat menelepon, menanyakan padaku ini itu pada saya.

Kini saya tidak bisa memejamkan mata lagi. Walaupun badan terasa sangat lelah dan zolmia pemberian sahabat saya itu udah saya telan namun kelopak mata ini ingin saja terbuka dan saya masih ingin berceritera tentang beberapa hari kemarin, dari sudut pandang saya dong tentunyah....wew... :P

-anjingliar-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar