Sabtu, 07 November 2009

SUKABUMI (10 OKTOBER 2009)



Rasa pahit dari muntahan kopi campur krim saset yang masih kental terasa di langit-langit mulut menemani keseluruhan pagi itu. Pukul tujuh lebih limabelas menit dimana saya dan salah satu sahabat menunggu para kawan lain yang di hari sabtu itu berencana melaksanakan perjalanan ke sukabumi untuk menghadiri dan ikut meramaikan sebuah gig disana, namun baru pada pukul sepuluh lebih kesemua penumpang berkumpul. Dua botol minuman sebagai pemanasan kami habiskan terlebih dahulu sebelum melanjutkan dua setengah jam perjalanan menuju sukabumi tersebut. Di dalam mobil, kita berlima saling melempar canda dan cerita tak henti sebagai teman perjalanan diantara pabrik dan rentetan rumah penduduk lokal yang sekarang lumayan jarang dilalui oleh kendaraan pribadi setelah adanya jalan tol dari bandung langsung ke jakarta. Kadang kita terpaksa harus menyusul beberapa truk sampah di depan mobil kita karena baunya terlalu mengganggu menusuk hidung (bahkan bagi kami yang sering nongkrong di pinggir selokan kota). Jalan lurus yang panjang dan terasa membosankan membuat kami sempat memberhentikan mobil didepan toko jamu untuk membeli dua botol minuman alkohol lagi. Perut lapar dan kantuk mata, bahkan rasa muntah tadi pagi seakan menghilang tidak berasa tertutup oleh rasa intisari juga potongan buah mangga sebagai penambah rasa.

Mendekati sukabumi kita saling berkoordinasi dengan kawan di sana untuk bersama-sama menuju tempat acara karena kurangnya pengetahuan kita tentang seluk beluk kota sukabumi. Setelah akhirnya kita bertemu di pusat kota dengan beberapa kawan dari sukabumi, jakarta dan juga kawan dari bandung yang pergi sedari jum'at kemarin dan sekarang berada di atas mobil bak terbuka yang tampak kepenuhan oleh banyaknya kawan yang ikut serta. Sungguh saya sempat iri dan berniat untuk melompat naik keatas mobil bak terbuka itu. Bayangan betapa asik dan menyenangkannya apabila muka dan rambut ini mendapatkan terpaan angin sejuk bukit yang membawa oksigen lebih untuk hisapan paru-paru kotor ini sangat menggoda imaji. Namun tak ada lagi tempat yang tersedia untuk penumpang ekstra. Saya hanya bisa duduk dan membuka kaca mobil lebar-lebar. Tak lama setelah iring-iringan kedua mobil ini melewati beberapa tanjakan berbukit, hujan yang memang datang pada bulan penghujan ini deras mengguyur sisi bukit kota sukabumi yang kami lalui. Sudah tentu, mereka yang berada di atas mobil bak terbuka itu basah kuyup. Entah itu suatu keberuntungan saya tidak terkena basahnya hujan atau bahkan tanda-tanda kesialan saya untuk hari-hari kedepan :P

Didalam aula yang sepertinya biasa digunakan sebagai tempat rapat, diantara pemandangan pegunungan dan berjejernya rangkaian kamar sewaan, acara itu diadakan. Beberapa jam lagi acara baru akan dimulai. Masih banyak waktu untuk soundcheck dan bercakap-cakap dengan beberapa kawan dari berbagai kota yang hadir disana. Sebagian kawan dari bandung baru saja datang, sore itu saya bertemu dengan banyak wajah-wajah yang cukup familiar bagi memori saya yang sangat terbatas. Tak lama setelah menghabiskan santapan nasi bungkus yang dibeli secara swadaya, acara pun dimulai. Beberapa band memainkan bebunyian dengan gaya oldschool hardcore-nya. Saya lupa lagi nama band band itu, sorry. HELLOWAR mengambil alih kuasa stage untuk beberapa menit kedepan dengan bebunyian heavy dark crust mereka. MILISI KECOA lalu menampar tepat di muka para bonehead melayu dengan bebunyian punk rock. Ya punk rock! komplit dengan pogo, sing along juga putus senar gitarnya. Setelah itu giliran band saya mengambil posisi. Di gig ini kita menggunakan suara dari salah satu vokalis KRASSKEPALA karena vokalis kita sedang berada di seberang pulau sana. Sepuluh lagu di list kita bawakan dengan energi yang sama ketika kita awal membentuk band ini, walaupun sudah banyak personil yang datang dan pergi. Tampaknya band ini memang tidak menawarkan apa-apa selain energi. Masih banyak lagi band band tampil malam itu, namun tidak kesemuanya dapat saya lihat dan nikmati karena faktor kelelahan dan keringat dingin setelah saya kembali muntah mengeluarkan hampir kesemua makanan yang kita beli secara swadaya tadi. Sial! Malam itu di tempat acara, saya habiskan dengan menahan lapar dan melemaskan jari jemari tangan kanan saya karena kram teramat sangat. Disela-sela jendela, sembari meringis, saya menikmati alunan suara dari JABARA yang powerfull dan enerjik (saking enerjiknya sang gitaris nongol keluar ruangan dari sela-sela jendela di tengah lagu, keren!), beberapa band grindcore, suara cross over dari GRAVE DANCER juga ketukan grinding yang konstan dari MAGNICIDE. Lapar dan rasa sakit tak menghalangi kepala saya untuk headbang sedikit. Ada sedikit kejadian dimana basis dari GRAVE DANCER harus berlumuran darah karena jidatnya terkena ujung bass, kabarnya dia harus mendapatkan delapan jahitan untuk menutup lukanya. Stage mc bilang masih ada beberapa band lagi untuk mengisi malam ini, termasuk VIVISICK, band thrash power violence dari jepang. Tapi para sahabat saya memutuskan untuk kembali pulang sebelum rasa kantuk dan lelah ini tak dapat diatasi.

Meluncur kembali dijalan yang sama yang tadi pagi kita lalui, tapi kini di jalur yang berbeda. Alunan suara dari kedua album HOMOGENIC, RAJASINGA dan HARK! IT'S A CRAWLING TAR-TAR sebagai hasil dari perputaran cd mp3 bajakan didalam mobil setia menemani sepanjang jalan pulang. Kadang tertutup oleh suara tawa guyonan menggoda dan dering sms. Dua sahabat saya ikut merebahkan badan di kamar saya setelah tadi kita mengantarkan terlebih dahulu salah satu sahabat ke cimahi. Si empunya mobil langsung pulang, karena kekasihnya sedang sakit. Tanpa mengganti baju, saya tertidur di panjangnya kursi ruang tamu, bermimpi tentang kamu membaca tulisan ini sampai tamat. Hehehe... ;)


-anjingliar-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar